15 June 2009

Berhentilah menjadi gelas



Seorang guru datang mendekati seorang anak muridnya setelah melihat anak ini sering bersedih sejak kebelakangan ini. Bertanya si guru,

" Kenapa kamu asyik bermurung si anak. Bukankah banyak sekali perkara yang indah di dunia ini. Kemana perginya wajah syukurmu?"

" Wahai mu'allim, banyak sungguh perkara yang merunsingkan aku sehingga sungguh sulit untuk aku tersenyum sejak akhir ini. Masalah seolah-olah bertimpa-timpa menjengah hatiku ini", jawab si anak.

Terkekeh guru itu mendengar luahan si anak muridnya, lalu berkata,
"Nah pergi ambil segelas air ini dan dua genggam garam. Mari aku periksa dan perbaiki suasana hatimu itu"

Si anak berlalu dan datang dengan segelas air dan 2 genggam garam.
"Cuba ambil segenggam garam dan masukkan ke dalam segelas air ini. Setelah itu cuba kau minum air dalam gelas itu" perintah si guru kepada anak muridnya yang masih sunggul.

"Nah, bagaimana rasanya?"tanya sang guru
"Asin sekali dan perutku jadi mual" jawab si anak dengan muka yang berkerut-kerut. Terkekeh si guru dengan respon si anak tadi.

"Baiklah. Sekarang kau bawa segenggam garam yang berbaki dan ikut aku" arah si guru sambil membawa si anak ke satu tasik. "Sekarang kau tebarkan garam yang berbaki ke dalam tasik ini" sambung si guru.

Si anak menebarkan genggaman garam yang berbaki ke dalam tasik sedang rasa asin masih kuat terasa di mulut. Ingin saja diluahkan rasa asin tapi tidak sopan telahannya berbuat demikian di hadapan gurunya.




"Sekarang cuba kau rasa air tasiknya". arah sang guru sambil mencari bangku dan berdekatan untuk didudukinya. Si anak akur dengan arahan gurunya. Si anak menangkupkan kedua tangannya sambil menceduk air tasik lalu membawa ke mulutnya untuk meneguknya.
"Apa yang kau rasa?" tanya si guru setelah memeerhati anak muridnya yang patuh.

"segar, segar sekali", jawab si anak sambil mengelap bibirnya yang tersisa air tasik tadi.

"Terasakah garam yang kau tebarkan tadi?" uji si guru lagi.
"Tidak, tidak sama sekali" jawab si anak sambil terus menceduk air tasik.

"Anakku," sambung si guru setelah dilihat anak muridnya puas meminum air tasik yang segar tadi. "Segala masalah dalam dunia ini sekadar segenggam garam. Tidak kurang tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah, kerisauan dan penderitaan yang kau alami di dunia ini telah dikadar dengan adil oleh Allah swt, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap tidak lebih tidak kurang. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada seorang manusia yang dilahirkan, walaupun seorang Nabi, terlepas dari penderitaan. Malah kekasih Allah Rasulullah itu pun mengalami penderitaan yang perit dalam hidupnya berdakwah kepada manusia". Si anak terdiam mendengar dengan teliti.

"Tapi anakku, rasa 'asin' yang terasa itu sungguh tergantung pada BESARNYA HATI yang menampung. Jadi anakku, supaya tidak terasa menderita asinnya, berhentilah menjadi gelas. Jadikanlah hati dalam dadamu seluas tasik agar dapat kau menikmati hidup dengan puas".

(Cerita ini bukan cerita K'Shee, K'Shee dapat dari mana sudah lupa sumbernya. K'Shee edit mengikut cita rasa..)

K'Shee: Kadang-kadang kita diuji Allah dengan ujian. Tapi percayalah yang setiap ujian itu sesuai dengan diri kita. Dan ujian Allah adalah tarbiyyah dari Allah untuk menjadikan diri kita seorang yang lebih kuat. Terngiang kata-kata naqibah K'Shee,

"Dugaan yang Shee dapat ini sebenarnya melatih Shee untuk menjadi seseorang yang lebih teliti dalam menghadapi kehidupan", InsyaAllah.

No comments: